Saat ini, bagi kebanyakan pengguna ponsel Android, aplikasi task killer merupakan barang wajib, dengan harapan dapat meningkatkan performa dan menghemat baterai - namun pada kenyataannya, aplikasi task killer justru menurunkan performa dan ketahanan baterai ponsel Android.
Aplikasi task killer bekerja dengan memaksa aplikasi lain yang sedang berjalan di background untuk berhenti berjalan dengan tujuan memperbesar ruang kosong di RAM. Pada dasarnya, sistem Android memiliki kemampuan untuk mengatur jatah RAM untuk setiap aplikasi sesuai prioritasnya sehingga aplikasi task killer sebenarnya tidak diperlukan.
Android tidak sama dengan Windows
Dapat dipastikan bahwa pengguna Android sangat akrab dengan Windows. Di Windows, beberapa aplikasi atau program berjalan pada waktu yang sama, sehingga semakin banyak aplikasi atau program yang berjalan akan semakin memperberat kinerja Windows. Untuk mengatasinya, kita biasa menutup aplikasi atau program yang tidak diperlukan hingga Windows dapat bekerja optimal.
Berbeda dengan Windows, Android memiliki caranya sendiri dalam mengelola aplikasi yang sedang berjalan. Misalnya, saat Anda menjalankan Opera Mini di ponsel Android, lalu menekan tombol home dan menjalankan aplikasi lain, maka Opera Mini akan tetap "berjalan" di background. Kenapa "berjalan" dalam tanda kutip? Karena aplikasi tersebut tidak benar-benar berjalan, tetapi berada dalam kondisi paused. Dalam kondisi tersebut, aplikasi tidak menggunakan sumber daya CPU maupun jaringan, kecuali aplikasi yang melakukan proses di backgroud seperti music player, file downloader, dan aplikasi yang melakukan proses sinkronisasi.
Saat Anda kembali menjalankan Opera Mini, sistem Android akan melakukan pemanggilan langsung dari RAM, sehingga prosesnya dapat berjalan dengan cepat. Berbeda bila Anda memaksa Opera Mini untuk berhenti berjalan dengan task killer, sistem Android akan mengerahkan sumber daya CPU yang besar untuk mengangkat kembali aplikasi tersebut dan menempatkannya (lagi) ke RAM.
Mengapa task killer di ponsel Android tidak diperlukan?
Pendukung task killer menganggap bahwa Android menghabiskan banyak ruang di RAM. Faktanya, Android menempatkan banyak aplikasi di RAM untuk mengoptimalkan penggunaan RAM itu sendiri.
Seperti kita ketahui, RAM lebih cepat daripada SD card atau memori internal Android, aplikasi yang ditempatkan di RAM, akan lebih cepat berjalan dan membutuhkan sumber daya CPU yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan aplikasi yang baru dipanggil dari SD card atau memori internal.
Ada anggapan bahwa semakin besar ruang kosong RAM maka kinerja ponsel Android akan semakin baik. Faktanya, ruang kosong di RAM itu malah tidak berguna (ingat, bedakan Android dengan Windows). Android memiliki sistem yang cerdas dalam mengelola RAM, jadi bila RAM Android Anda penuh, tidak perlu beranggapan bahwa ponsel Android Anda akan menurun kinerjanya, justru sebaliknya, ponsel Android Anda sedang dalam keadaan siaga bila sewaktu-waktu Anda memerlukan aplikasi yang hendak dijalankan dengan cepat.
Bila ponsel Android Anda memerlukan ruang lebih untuk menjalankan aplikasi yang membutuhkan banyak RAM (game misalnya), sistem Android akan menutup secara otomatis aplikasi-aplikasi yang tidak Anda perlukan, tanpa harus menggunakan task killer.
Pendukung task killer berpikir bahwa task killer lebih baik daripada sistem Android itu sendiri. Task killer berjalan di background, otomatis membunuh aplikasi yang mungkin masih Anda butuhkan. Task killer juga memberikan pilihan untuk penggunannya memilih aplikasi mana saja yang akan dibunuh, tapi sebenarnya, Anda tidak perlu melakukan itu.
Sistem Android sebenarnya telah diprogram sedemikian rupa dan jauh lebih baik dari apa yang bisa dilakukan oleh task killer. Seperti yang sudah kami tulis di atas, task killer sebenarnya berpotensi menurunkan performa ponsel Android Anda.
Saat task killer membunuh suatu aplikasi, maka aplikasi tersebut akan disingkirkan dari RAM. Yang terjadi kemudian adalah, Android akan memanggil kembali aplikasi tersebut dan menempatkannya kembali di RAM, atau bila aplikasi tersebut benar-benar "mati", saat Anda menjalankannya lagi, sistem Android akan memanggil aplikasi tersebut langsung dari SD card maupun memori internal, yang membutuhkan sumber daya CPU lumayan besar, dan juga memakan sumber daya baterai ponsel Android Anda.
Kapan task killer benar-benar diperlukan?
Untuk beberapa kasus, mungkin task killer merupakan aplikasi yang dapat diandalkan. Misalnya saja bila di ponsel Android Anda terdapat aplikasi yang memakan sumber daya CPU dan juga baterai. Dalam kasus tersebut Anda dapat menggunakan task killer untuk menutup paksa aplikasi tersebut. Namun apakah Anda tahu aplikasi mana saja yang benar-benar rakus tersebut?
Di samping menggunakan task killer, terdapat aplikasi yang lebih baik untuk mengetahui aplikasi-aplikasi mana saja yang rakus CPU dan baterai. Watchdog Task Manager merupakan aplikasi yang cocok untuk mengetahui aplikasi yang menggunakan sumber daya CPU secara berlebihan.
CyanogenMod, salah satu komunitas pengembang ROM Android, bahkan tidak mau menerima laporan bug dari pengguna yang menggunakan task killer. Mereka mengatakan bahwa hal tersebut akan menimbulkan lebih banyak masalah daripada mengatasinya.
Kesimpulannya, Anda sebaiknya tidak menggunakan task killer, apalagi taks killer yang memiliki kemampuan otomatis membunuh aplikasi lainnya. Bila Anda menemukan aplikasi yang memakan sumber daya CPU dan baterai ponsel Android Anda, lebih baik untuk meng-uninstall aplikasi tersebut daripada sekedar menyingkirkannya dari RAM menggunakan task killer.
via How To Geek
via How To Geek
o begitu ya, saya baru tahu, saya jadi berniat ingin pencopot task killer yg sudah saya instal,-
BalasHapus